Musik Nonstop 24 Jam di Pantai Lombok, Pemilik Vila Resah

Musik Nonstop 24 Jam di Pantai Lombok, Pemilik Vila Resah
Sumber :
  • lombokfokus.com

Sebuah polemik muncul di Pantai Duduk, Lombok Barat. Selama berbulan-bulan, suara musik keras dan karaoke yang diputar warga dan pemilik warung pantai membuat pemilik vila merasa terganggu. Keluhan ini kini ramai dibicarakan di media sosial, memunculkan pro dan kontra di masyarakat.

Keluhan Pemilik Vila yang Viral

I Gede Sukarmo, kuasa hukum pemilik vila, mengungkapkan bahwa kliennya tidak mempermasalahkan keberadaan warung atau hiburan musik di pantai. Namun, ia menegaskan bahwa kebisingan di malam hari menjadi masalah utama.
“Persoalannya sederhana. Kami hanya minta musik dikecilkan saat malam, supaya warga bisa istirahat,” ujarnya, Jumat (8/8).

Menurutnya, musik dangdut dan karaoke diputar nyaris tanpa henti, mulai pagi hingga larut malam. Bahkan, suara tersebut bisa terdengar hingga ke perbukitan dan masuk ke rumah-rumah, mengganggu kenyamanan penghuni vila.

Aktivitas Musik di Pantai Duduk

Pantai Duduk di Dusun Duduk, Desa Batulayar Barat, memang menjadi salah satu spot santai yang ramai dikunjungi wisatawan. Warga setempat mengelola warung dan kadang menghadirkan hiburan musik untuk menarik pengunjung.

Mastur, salah satu pedagang di pantai, membenarkan bahwa aktivitas karaoke pernah terjadi. Namun, ia menolak anggapan bahwa musik keras diputar setiap hari, apalagi selama 24 jam.
“Biasanya Sabtu-Minggu saja, itu pun kalau ada yang bawa pengeras suara sendiri,” katanya.

Perbedaan Versi dan Persepsi Bising

Menurut Mastur, pengeras suara yang digunakan tidak besar, hanya seukuran speaker senam biasa. Bahkan, ia merasa aneh jika suara itu dianggap bising oleh penghuni vila yang berjarak sekitar dua kilometer dari pantai.
“Kalau ada pengunjung karaoke, suaranya kami arahkan ke laut. Tidak semua warung melakukannya bersamaan. Kalau memang sampai bising 24 jam, kami yang tinggal di sini juga pasti terganggu,” ujarnya.

Mengapa Suara Bisa Terdengar Jauh?

Fenomena suara yang terdengar hingga jauh di perbukitan bukan hal yang mustahil, terutama di area terbuka seperti pantai. Angin, kondisi udara, dan minimnya penghalang alami dapat membuat gelombang suara melaju tanpa hambatan. Hal inilah yang mungkin membuat pemilik vila merasa musik terlalu keras, meski warga menganggapnya wajar.

Mencari Titik Temu untuk Kenyamanan Bersama

Perselisihan seperti ini sering terjadi di kawasan wisata yang memadukan hiburan dan pemukiman. Di satu sisi, warung pantai mengandalkan suasana meriah untuk menarik pelanggan. Di sisi lain, penghuni vila dan warga sekitar membutuhkan ketenangan, terutama di malam hari.

Solusi yang adil mungkin adalah pengaturan jam hiburan musik. Hiburan tetap bisa berjalan di siang atau sore, sementara malam hari diutamakan untuk ketenangan lingkungan.

Pantai Duduk, Antara Wisata dan Kehidupan Warga

Pantai Duduk bukan hanya tempat wisata, tetapi juga tempat tinggal bagi banyak warga. Konflik semacam ini mengingatkan bahwa pengelolaan wisata harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan kenyamanan sosial.

Jika komunikasi antara pihak vila, warga, dan pemerintah desa berjalan baik, masalah seperti ini bisa diselesaikan tanpa menimbulkan ketegangan berlarut-larut.

Harapan ke Depan

Bali dan Lombok dikenal sebagai destinasi yang ramah wisatawan. Menjaga suasana harmonis antara pelaku usaha, wisatawan, dan warga lokal menjadi kunci agar citra positif ini tetap terjaga.

Kasus di Pantai Duduk ini diharapkan menjadi pelajaran untuk menetapkan aturan bersama yang disepakati semua pihak. Dengan begitu, musik tetap bisa menghibur, dan malam tetap menjadi waktu yang tenang bagi mereka yang ingin beristirahat.