Hiruk Pikuk di Tepi Sungai Gangga, Varanasi

Hiruk Pikuk di Tepi Sungai
Sumber :
  • Jimmy

Varanasi, kota tertua yang terus dihuni di India, menjadi panggung abadi bagi spiritualitas yang hidup berdampingan dengan kematian. Di sinilah kehidupan berjalan tanpa jeda, diapit riuh doa dan abu kremasi.


Usai 10 jam perjalanan kereta dari Khajuraho, saya tiba di kota suci ini. Alih-alih naik tuk tuk, saya memilih berjalan kaki ke penginapan dekat Pandey Ghat, melewati gang-gang sempit yang riuh oleh sapi, penduduk, dan suara lonceng kuil. Panas menyengat dan lalu lintas semrawut langsung menyambut—kekacauan yang terasa magis.


Sore itu saya tiba di Dashashwamedh Ghat, ghat paling ikonik di tepian Gangga. Warga mandi, para sadhu bersila memandangi sungai, dan perahu membawa peziarah menyusuri air suci. Gangga diyakini sebagai dewi penyuci, dan ritual keagamaan berlangsung nyaris tanpa henti—dari mandi suci hingga kremasi jenazah di Manikarnika Ghat. Bagi umat Hindu, mati di Varanasi berarti pembebasan jiwa dari siklus reinkarnasi.


Saat malam turun, Ganga Aarti dimulai. Api, asap dupa, dan denting lonceng berpadu dalam harmoni spiritual. Lima pendeta muda menari dengan obor menyala, menghadirkan kekhidmatan yang melampaui bahasa.