Sungai Eufrat: Dari Jejak Peradaban Kuno hingga Fenomena Emas

- IG/travel4funcz
Belakangan, jagat media sosial dan pemberitaan internasional diramaikan oleh kabar warga Raqqa, Suriah, yang berbondong-bondong menggali tanah di tepian Sungai Eufrat. Air yang menyusut drastis menyingkap gundukan tanah berkilau, memicu fenomena yang disebut sebagai demam emas.
Pemandangan ini sontak mengundang rasa penasaran: di mana sebenarnya lokasi sungai bersejarah ini, dan mengapa ia begitu penting dalam perjalanan peradaban manusia?
Lokasi Sungai Eufrat: Mengalir Melintasi Tiga Negara
Secara geografis, Sungai Eufrat membentang di kawasan Asia Barat, melewati tiga negara: Turki, Suriah, dan Irak.
-
Hulu: Berawal dari dataran tinggi di timur Turki, sungai ini terbentuk dari pertemuan dua aliran, Karasu dan Murat.
-
Aliran Tengah: Mengalir ke arah selatan membelah Suriah, termasuk kawasan Raqqa yang kini menjadi pusat pemberitaan.
-
Muara: Di Irak, Eufrat bergabung dengan Sungai Tigris di Al-Qurnah, membentuk Shatt al-Arab yang akhirnya bermuara di Teluk Persia.
Dengan panjang aliran yang menjadikannya sungai terpanjang di Asia Barat Daya, Eufrat bukan hanya sumber air, tetapi juga jalur vital ekonomi, politik, dan budaya.
Jantung Peradaban Mesopotamia
Sejak ribuan tahun lalu, Eufrat—bersama Sungai Tigris—membentuk wilayah Mesopotamia, yang berarti "tanah di antara dua sungai". Kawasan ini dikenal luas sebagai cradle of civilization atau tempat lahirnya peradaban manusia.
Di sepanjang bantaran Eufrat, berdiri peradaban besar seperti Sumeria, Akkadia, Babilonia, dan Asiria. Kota legendaris Ur, Uruk, dan Babilon tumbuh subur berkat airnya.
Peran Eufrat begitu sakral dalam berbagai kebudayaan dan agama, termasuk tradisi kepercayaan samawi yang mengaitkannya dengan kisah-kisah suci.
Fenomena Surutnya Air & 'Gunung Emas'
Kini, Eufrat menghadapi tantangan serius. Debit air terus menurun akibat kombinasi faktor:
-
Pembangunan bendungan raksasa di hulu oleh Turki.
-
Sengketa hak air antarnegara.
-
Kekeringan ekstrem yang diperburuk perubahan iklim.
Surutnya air memunculkan gundukan berkilau di tepi sungai. Warga yang terdampak krisis ekonomi bergegas menggali, berharap menemukan emas dan mengubah nasib.
Namun, para ahli mengingatkan bahwa kilauan tersebut kemungkinan besar hanyalah pirit—mineral yang kerap disebut emas palsu.
“Hanya analisis geologi detail yang dapat memastikan kandungan mineral berharga,” ujar ahli geologi Khaled al-Shammari kepada Shafaq News.